Thursday, 30-01-2014
‘TRA’ ADA MERDEKA – MERDEKA LAGI’
1228 ViewsEnembe : Tidak Ada TPN/OPM, Yang Ada Kriminal Murni
Duo Gubernur Tanah Papua, Abraham O.
Atururi dan Lukas Enembe menegaskan dan mencoba meyakinkan pemerintah
pusat khususnya Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY), bahwa saat ini di Papua tidak ada lagi kelompok sipil
bersenjata (TPN/OPM-red) yang menginginkan Papua lepas dari NKRI, namun
yang ada saat ini tidak lebih dari kelompok kriminal murni belaka.
“saya pikir meminta merdeka tidak
ada, karena Papua ada dalam bingkai NKRI. Tidak ada merdeka-merdeka
lagi,” kata Gubernur Papua Barat Abraham Oktovianus Atururi kepada
wartawan di Jakarta usai mengantarkan draft RUU Pemerintahan Papua langsung kepada Presiden SBY di Istana Bogor kemarin.
Menurutnya, tidak ada perjuangan meminta kemerdekaan di Papua, apalagi di Papua Barat yang sampai saat ini berada dalam situasi yang kondusif.
“Penembakan yang terjadi di Papua
bukan untuk minta merdeka, tetapi lebih dilatarbelakangi kriminal,
karena setiap kali terjadi penembakan pasti dibarengi dengan tuntutan.
Jadi ini murni kriminal,” kata Gubernur Papua Lukas Enembe menambahkan
kepada wartawan usai bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, di
Istana Bogor, Jawa Barat, Selasa (28/1) sebagaimana dilansir tabloidjubi.com.
Dengan masih sering terjadinya
penembakan di beberapa daerah di Papua, sebagai Gubernur dirinya telah
meminta kepada Kapolda Papua untuk melakukan operasi penegakan hukum,
karena kejadian itu adalah murni kriminal.
“Saya sudah minta Kapolda untuk melakukan operasi penegakan hukum dan itu harus dilakukan karena ini negara
hukum. Namun yang harus diingat, tidak semua daerah di Papua konflik
dan bila ada konflik tidak semua minta merdeka tapi lebih banyak pada
persoalan lokal,” tukasnya.
Sementara itu, Menteri Koordinator Politik,
Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto mengatakan, tidak ada lagi operasi
pengejaran-pengejaran oleh militer di Papua maupun Papua Barat.
Pemerintah, hanya melakukan
penegakan hukum terhadap para pelaku kriminal. Disamping itu, Pemerintah
juga terus menghimbau kepada semua pihak, baik pemerintah pusat,
pemerintah daerah maupun komponen masyarakat yang lain untuk mengajak
mereka yang masih memegang senjata di Papua, untuk kembali ke pangkuan
ibu pertiwi serta tidak melakukan tindakan kekerasan.
Aksi penembakan yang dilakukan orang tak dikenal terus saja terjadi di Papua. Daerah paling rawan adalah Mulia, Puncak Jaya. Warga sipil terus menerus menjadi korban.
Gubernur Papua Lukas Enembe
seperti dilansir vivanews, Selasa (28/1/2014), mengklaim sudah melakukan
berbagai cara untuk mengupayakan perdamaian di daerahnya. Misalnya, dia
bersama dengan kepolisian telah beberapa kali bertemu dan berdialog
dengan orang-orang yang dianggap berseberangan ini.
”Rekonsiliasi sudah dilakukan
beberapa daerah yang konflik, baik terhadap kelompok bersenjata dan
pilkada, bertemu dengan saudara-saudara yang berseberangan,” kata Lukas
usai bertemu dengan Presiden di Istana Bogor, Jawa Barat.
Menurutnya, penembakan oleh orang
tak dikenal ini murni kriminal, karena saat ini tidak ada lagi
kelompok-kelompok bersenjata yang meminta Papua merdeka.
Menurut Lukas, tidak semua daerah
Papua terjadi konflik. Selain penembakan kriminal, konflik itu muncul,
ketika terjadi pesta demokrasi atau pilkada. Menurut dia, kebudayaan
Papua belum bisa menerima sistem demokrasi sepenuhnya.
”Di Papua itu sistem kekeluargaan, budaya Papua tidak bisa (pilkada langsung), karena sistemnya komunal,” ujar dia.
Untuk menghentikan konflik ini,
kata Lukas, pemerintah daerah sudah meminta kepada Kementerian Dalam
Negeri agar pilkada di Papua bisa diwakilkan DPR, sehingga tak perlu
lagi pilkada langsung.
Menteri Koordinator Politik Hukum
dan Keamanan Djoko Suyanto mengatakan, pemerintah tak lagi menggunakan
pendekatan militer untuk mengatasi penembakan yang terjadi di Papua.
”Ini upaya kita bersama untuk
mendekati mereka yg berada di hutan, tidak ada operasi militer, tidak
ada pengejaran militer dan lainnya, yang ada adalah dialog dan
pengejaran kriminal,” ujar dia.
Enembe : Tidak Ada TPN/OPM, Yang Ada Kriminal Murni
Duo Gubernur Tanah Papua, Abraham O.
Atururi dan Lukas Enembe menegaskan dan mencoba meyakinkan pemerintah
pusat khususnya Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY), bahwa saat ini di Papua tidak ada lagi kelompok sipil
bersenjata (TPN/OPM-red) yang menginginkan Papua lepas dari NKRI, namun
yang ada saat ini tidak lebih dari kelompok kriminal murni belaka.
“saya pikir meminta merdeka tidak
ada, karena Papua ada dalam bingkai NKRI. Tidak ada merdeka-merdeka
lagi,” kata Gubernur Papua Barat Abraham Oktovianus Atururi kepada
wartawan di Jakarta usai mengantarkan draft RUU Pemerintahan Papua langsung kepada Presiden SBY di Istana Bogor kemarin.
Menurutnya, tidak ada perjuangan meminta kemerdekaan di Papua, apalagi di Papua Barat yang sampai saat ini berada dalam situasi yang kondusif.
“Penembakan yang terjadi di Papua
bukan untuk minta merdeka, tetapi lebih dilatarbelakangi kriminal,
karena setiap kali terjadi penembakan pasti dibarengi dengan tuntutan.
Jadi ini murni kriminal,” kata Gubernur Papua Lukas Enembe menambahkan
kepada wartawan usai bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, di
Istana Bogor, Jawa Barat, Selasa (28/1) sebagaimana dilansir tabloidjubi.com.
Dengan masih sering terjadinya
penembakan di beberapa daerah di Papua, sebagai Gubernur dirinya telah
meminta kepada Kapolda Papua untuk melakukan operasi penegakan hukum,
karena kejadian itu adalah murni kriminal.
“Saya sudah minta Kapolda untuk melakukan operasi penegakan hukum dan itu harus dilakukan karena ini negara
hukum. Namun yang harus diingat, tidak semua daerah di Papua konflik
dan bila ada konflik tidak semua minta merdeka tapi lebih banyak pada
persoalan lokal,” tukasnya.
Sementara itu, Menteri Koordinator Politik,
Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto mengatakan, tidak ada lagi operasi
pengejaran-pengejaran oleh militer di Papua maupun Papua Barat.
Pemerintah, hanya melakukan
penegakan hukum terhadap para pelaku kriminal. Disamping itu, Pemerintah
juga terus menghimbau kepada semua pihak, baik pemerintah pusat,
pemerintah daerah maupun komponen masyarakat yang lain untuk mengajak
mereka yang masih memegang senjata di Papua, untuk kembali ke pangkuan
ibu pertiwi serta tidak melakukan tindakan kekerasan.
Aksi penembakan yang dilakukan orang tak dikenal terus saja terjadi di Papua. Daerah paling rawan adalah Mulia, Puncak Jaya. Warga sipil terus menerus menjadi korban.
Gubernur Papua Lukas Enembe
seperti dilansir vivanews, Selasa (28/1/2014), mengklaim sudah melakukan
berbagai cara untuk mengupayakan perdamaian di daerahnya. Misalnya, dia
bersama dengan kepolisian telah beberapa kali bertemu dan berdialog
dengan orang-orang yang dianggap berseberangan ini.
”Rekonsiliasi sudah dilakukan
beberapa daerah yang konflik, baik terhadap kelompok bersenjata dan
pilkada, bertemu dengan saudara-saudara yang berseberangan,” kata Lukas
usai bertemu dengan Presiden di Istana Bogor, Jawa Barat.
Menurutnya, penembakan oleh orang
tak dikenal ini murni kriminal, karena saat ini tidak ada lagi
kelompok-kelompok bersenjata yang meminta Papua merdeka.
Menurut Lukas, tidak semua daerah
Papua terjadi konflik. Selain penembakan kriminal, konflik itu muncul,
ketika terjadi pesta demokrasi atau pilkada. Menurut dia, kebudayaan
Papua belum bisa menerima sistem demokrasi sepenuhnya.
”Di Papua itu sistem kekeluargaan, budaya Papua tidak bisa (pilkada langsung), karena sistemnya komunal,” ujar dia.
Untuk menghentikan konflik ini,
kata Lukas, pemerintah daerah sudah meminta kepada Kementerian Dalam
Negeri agar pilkada di Papua bisa diwakilkan DPR, sehingga tak perlu
lagi pilkada langsung.
Menteri Koordinator Politik Hukum
dan Keamanan Djoko Suyanto mengatakan, pemerintah tak lagi menggunakan
pendekatan militer untuk mengatasi penembakan yang terjadi di Papua.
”Ini upaya kita bersama untuk
mendekati mereka yg berada di hutan, tidak ada operasi militer, tidak
ada pengejaran militer dan lainnya, yang ada adalah dialog dan
pengejaran kriminal,” ujar dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar